Malam malam di joko solo kota Medan: Sebuah tempat makan disisi kota.
Malam
malam di joko solo kota Medan: Sebuah tempat makan disisi kota.
Malam itu jam menunjukan pukul
19:30 malam, seperti biasa aku dan teman-temanku berdiskusi untuk mencari
makan. Biasanya kami makan ditempat ga jauh dari asrama kami di jalan Dr.
Mansyur asrama putra baru. Malam ini (rabu) kita berniat untuk mencari jajanan
baru untuk menggugah nafsu makan kami. Akhirnya kami memutuskan untuk keluar
untuk mencari tempat makan, sambil jalan kaki kami berbagi canda tawa sembari
melihat tempat makan yang kami lewati, hingga akhirnya kami sampai ditempat
makan di sisi kanan jalan kira-kira 200 meter dari asrama kami.
Duduklah kami tempat makan itu tak lama kemudian pelayan
menghampiri kami lalu berkata “mas mau pesan apa?” (sambil tersenyum) tak
banyak kata yang di ucapkan pelayan itu,dia hanya menggangguk sambil tersenyum.
Setelah itu dia meninggalkan kami dan pergi tanpa kata. Saat itu hanya ada
senyum yang ditinggalkan. Memang itulah yang dia lakukan saat ada pelanggan
datang.
Sambil menunggu pesanan kami memerhatikan lingkungna sekitar sambil
bercakap-cakap,di dapan kami ada sebuah layar televisi yang lebar, tapi saat
itu kami tak begitu memerhatikan tayangan televisi tersebut. Tak lama kemudian
pesanan kami datang, kali ini yang mengngantarkan makanan kami adalah orang yang
berbeda dia terliat ramah dengan bros merah pada kerudung, sama seperti pertama
yang mendatangi kami dia terseyum manis dan tanpa kata-kata dia meletakan
makanan kami. Memang itulah tugasnya mengantarkan makanan pada pada pelanggan
dengan senyumnya,tapi senyum itu tanpa kosong mungkinkah senyum yang berpahala
seperti yang dikatakan manusia agung nabi muhammad bin abdullah “senyum dihadapan saudaramu adalah pahala”.
Selesai makan kami istirahat sebentar sambil bercakap-cakap masih
di tempat duduk yang sama dan pelayan-pelayan itu masih sibuk dengan nampan dan
buku kecil dan pulpen di lengan kirinya. Saya melihatnya sedikit risih karna
kadang menghalangi pandangan kami.
Seperti biasa mereka melemparkan senyum saat melayani pelanggannya,
dengan kata-kata yang sama mereka menegur pelanggannya. Saya sempat berpikir
begitu enaknya ketika kita menginginkan sesuatu tanpa sempat kita bicara
bidadari ada dihadapan kita. Namun aku tak mau ketika bidadari itu datang
bercakap seperti pelayan tadi hanya melemparkan senyum dan pergi tanpa aku
suruh. Alangkah ini indahnya ketika bidadari itu singgah untuk sekedar menemani
makan malam kita.
Saat aku sadar dari khayalku dan kembali pada alam sadarku, tempat
makan ini sudah ramai pengunjung dan Pelayan masih dengan kesibukannya. Beberapa
saat kemudian temanku mengajak pulang ke asrama. Sesaat kami mengumpulkan uang
kami untuk membayar makanan kami. Terlihat disudut kanan kami seorang wanita
mengenakan baju yang sama dengan pelayan-pelayan itu. Saat aku menghampirinya
dia memberikan senyumnya. Dan akupun tak tau apa senyum itu tulus dari hatinya
atau hanya teori dalam etika.
Tak banyak banyak yang dia katakan yang dia lakukan hanya
menjumlahkan harga makanan dengan kalkulatornya. Mungkin itu teman dia saat
bekerja,dia lebih senang dengan kalkulator setianya yang dia anggap tak pernah
salah saat menjumlahkan harga makanan. Setalah menjumlahkan harga itu dia
berkata kepada dengan senyum,dan akupun lekas membayar. Saat dia memngambil
kembalian di kotak kecil sempat aku berpikir alangkah adilnya hidup ini ketika
apa yang kita dapat lekas kita memberikan sesuatu yang seharga dengan apa yang
kita dapat. Hanya saja kita sering bergumel dan berharap lebih kepada orang
yang yang telah memberikan kita sesuatu tanpa kita minta.
Wanita itu lekas memberikan kembalian,dan akupun kembali ke meja
makan teman-temanku. Beberapa saat kemudian kami meninggalkan tempat makan itu
dan kembali ke asrama kami.
Malam ini perut kami kembali teriisi dengan makanan yang kami
makan, saat kami berada di kamar kami masing-masing kami istirahat,sebagian
temen kami kembali beraktivitas dengan laptopnya. Sekian J
Labels
cerpen
Post A Comment
Tidak ada komentar :